Jumat, 30 Oktober 2009

MUKADIMAH

Puji sukur kepada Sang Raja Yang Menguasai batinku. Atas beberapa bait puisi yang telah Ia berikan kepada penulis empiris ini. Melalui nafas-nafas semesta yang heterogen, tebentuklah kesimpulan bahwa naluri tidak selalu sama. Ada sebentuk kepastian, ada pula sebongkah keraguan.

Atas nama rembulan, ia berpesan dengan mesra. Lewat kaidah cinta yang harmoni dan selaras. Menyampaikan dengan suara hati yang tersisih sebagai altar bertepi. Tidak berbatas pada kenyataan apapun, bila kehidupan hanyalah objek penyambung kehidupan yang akan lebih hidup di hari hidup.

Sebagai manusia dungu dalam dimensi sastra, biarkan ruh-ruh syairnya kembara bebas. Merimba bersama pawana surga. Lantas ditemukannya kesejatian Yang Hak. Tidak terikat, tidak pula terkekang. Sampai pada akhirnya, Tuhan Pembuat Puisi sendiri yang akan mengoreksi. Memberi pahala dan mengadili.


Wallahu a’lam bis shawab...


Indra el wi Djenar